Sampai Kapan Kalian Tetap Berpihak Kepada Thaghut
Dan benci Kepada Muwahhidin…?
Bismillahirrahmanirrahim…
Segala puji hanya bagi Allah Rabbul Alamin, shalawat dan
salam semoga dilimpahkan kepada Rasul-Nya, para shahabatnya serta orang-orang
yang mengikuti sampai hari kiamat Allah Ta’ala berfirman:
يُخَادِعُونَ
اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ
إِلا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ
“Mereka menipu Allah dan orang-orang yang beriman,padahal
mereka itu tidak menipu kecuali terhadap diri meraka sendiri sedangkan mereka
tidak menyadari (nya)” (QS. Al-Baqarah: 9)
Bila kita membaca sirah para nabi, kita diliputi keheranan
kenapa kaum mereka umumnya menolak kebenaran yang di bawa oleh Allah dan justru
malah menganggap kemusyrikan dan kesesatan yang mereka anut sebagai kebenaran
dengan berbagai macam alasan.
Begitu juga kaum musyrikin quburiyyin (para penyembah kubur
yang mereka keramatkan) yang mengaku muslim baik dahulu maupun sekarang, mereka
menganggap apa yang mereka anut sebagai kebenaran dengan berbagai alasan yang
di buat-buat, kadang dari Al-Qur’an yang mereka pelintirkan maknanya, dan
kadang dari hadist shahih yang mereka selewengkan maksudnya, dan banyak dari
hadist-hadist palsu yang dibuat-buat oleh ulama kaum musyrikin. Kita
geleng-geleng kapala sampai seperti itu syaitan menyesatkan manusia.
كَذَلِكَ
زُيِّنَ لِلْكَافِرِينَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang
baik apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al-An’am: 122).
و فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ
قُلُوبَهُمْ
“Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaraan), Allah
memalingkan hati mereka” (QS. As-Shaff: 5).
Begitu juga pada masa ini bermunculan “du’at di atas
pintu-pintu jahanam” yang “Mereka itu
dari golongan kita” yaitu penampilan luarnya Islam “dan berbicara dengan
lisan-lisan kita”[1] yaitu dengan menggunakan dalil-dalil Al-Qur’an dan
As-Sunnah yang mereka selewengkan maksudnya dalam rangka melegalkan dan bahkan
menganggap mashlahat dan bahkan mewajibkan masuk dalam kubangan syirik
demokrasi dan duduk sebagai tuhan jadi-jadian di dalam parlemen yang banyak manusia terpesona
dengannya sebagaimana Banu Israil terpesona dengan patung sapi emas buatan
Samiri.
Bila saja kemusyrikan dilakukan walaupun tidak disertai pembolehan
adalah pelakunya musyrik kafir, maka bagaimana bila di sertai pelegalan,
pengajakan manusia kepadanya, dan bahkan pengwajiban? Apalagi bila disertai
penilaian sesat kepada du’at tauhid yang mengajak manusia berlepas diri dari
ajakan syirik ini? itulah iftiraaul kadzib ‘alallaah (berdusta atas nama Allah)
yang pelakunya divonis dzalim (kafir);
وَمَنْ
أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى
اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ
بِآيَاتِهِ إِنَّهُ لا يُفْلِحُ
الظَّالِمُونَ
“Dan siapakah yang yang lebih dzalim daripada orang-orang
yang mengadakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayatnya?
Sesungguhnya orang-orang yang dzalim itu
tidak mendapat keberuntungan” (QS. Al-An’am: 21)
Juga divonis sebagai mujrimun (para pendosa atau penjahat);
فَمَنْ
أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى
اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ
بِآيَاتِهِ إِنَّهُ لا يُفْلِحُ
الْمُجْرِمُونَ
“Maka siapakah yang lebih aniaya dari pada orang yang
mengada-ada suatu kedustaan terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayatNya?
Sesungguhnya tidaklah beruntung orang-orang yang berbuat dosa itu” (QS. Yunus:
17)
Dan divonis kafir;
وَمَنْ
أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى
اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ
بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُ أَلَيْسَ
فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْكَافِرِينَ
“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang
mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang tatkala yang hak
itu datang kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi
orang-orang yang kafir” (QS. Al-Ankabut:
68)
فَمَنْ
أَظْلَمُ مِمَّنْ كَذَبَ عَلَى
اللَّهِ وَكَذَّبَ بِالصِّدْقِ إِذْ جَاءَهُ أَلَيْسَ
فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْكَافِرِينَ
”Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang
membuat-buat dusta terhadap Allah dan mendustakan kebenaran ketika datang
kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahannam tersedia tempat tinggal bagi
orang-orang yang kafir” (QS. Az Zumar: 32)
Divonis sombong karena menolak kebenaran itu;
وَيَوْمَ
الْقِيَامَةِ تَرَى الَّذِينَ كَذَبُوا
عَلَى اللَّهِ وُجُوهُهُمْ مُسْوَدَّةٌ
أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى
لِلْمُتَكَبِّرِينَ
“Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang
berbuat dusta terhadap Allah, mukanya menjadi hitam. Bukankah dalam neraka
Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri” (Az-Zumar:
60)
Mereka sombong karena “sombong itu adalah menolak kebenaran
dan meremehkan orang lain”[2] mereka menolak seruan untuk berlepas diri dari
demokrasi dan parlemennya dan mereka malah mencap bahwa para du’at tauhid itu
adalah orang-orang bodoh yang tidak paham dakwah dan siasat, sehingga dengan
sikap mereka ini mereka telah menghalangi manusia dari jalan Allah ta’ala
(tauhid) dan menampakan tauhid yang diserukan para muwahhidin itu dalam
gambaran yang bengkok lagi buruk yang tidak layak diikuti, maka itu menambah
point kekafiran mereka menjadi berlapis-lapis:
وَمَنْ
أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى
اللَّهِ كَذِبًا أُولَئِكَ يُعْرَضُونَ
عَلَى رَبِّهِمْ وَيَقُولُ الأشْهَادُ هَؤُلاءِ الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى رَبِّهِمْ أَلا
لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ
(١٨) الَّذِينَ يَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ
وَيَبْغُونَهَا عِوَجًا وَهُمْ بِالآخِرَةِ
هُمْ كَافِرُونَ
“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang
membuat-buat dusta terhadap Allah? Mereka itu akan dihadapkan kepada Tuhan
mereka, dan para saksi akan berkata: “Orang-orang inilah yang telah berdusta
terhadap Tuhan mereka.”Ingatlah, kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang
yang zalim, (yaitu) orang-orang yang menghalangi (manusia) dari jalan Allah dan
menghendaki (supaya) jalan itu bengkok. Dan mereka itulah orang-orang yang kafir
terhadap hari akhirat.” (QS. Huud: 18-19)
Begitulah kekafiran melahirkan kekafiran yang lain dan
maksiat melahirkan maksiat yang lain sebagai sangsi dari Allah ta’ala:
فَلَمَّا
زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ
“Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah
memalingkan hati mereka” (QS. Ash-Shaff: 5).
Saat orang berada di dalam maksiat atau syirik sedangkan dia
mengetahui bahwa itu salah maka dia tidak tenang dan tidak percaya diri
dengannya, tapi bila dia menyelewengkan dengan pelegalan dalil maka dia merasa
tentram karena merasa melakukan hal yang boleh, apalagi bila menganggapnya
sebagai ibadah yang utama atau wajib maka dia makin percaya diri dengannya,
apalagi ditambah sanjungan manusia dan pengikut, limpahan uang gaji dan tunjangan
dan fasilitas materi serba mudah, nikmat sekali mendapat pahala dari Allah
ta’ala dan dapat kemudahaan dunia dari thaghut durjana…!!!???
قُلْ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ
عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لا
يُفْلِحُونَ (٦٩) مَتَاعٌ فِي
الدُّنْيَا ثُمَّ إِلَيْنَا مَرْجِعُهُمْ
ثُمَّ نُذِيقُهُمُ الْعَذَابَ الشَّدِيدَ بِمَا كَانُوا يَكْفُرُونَ
“Katakanlah:
”Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah tidak
beruntung.” (Bagi mereka) kesenangan (sementara) di dunia, kemudian kepada
Kami-lah mereka kembali, kemudian Kami rasakan kepada mereka siksa yang berat,
disebabkan kekafiran mereka” (QS. Yunus:
69-70)
وَلا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ
الْكَذِبَ هَذَا حَلالٌ وَهَذَا
حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ
إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ
لا يُفْلِحُونَ (١١٦) مَتَاعٌ قَلِيلٌ
وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (١١٧)
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang
disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “ini halal dan ini haram”, untuk
mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang
mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. (Itu adalah)
kesenangan yang sedikit, dan bagi mereka azab yang pedih” (QS. An-Nahl:
116-117)
Kalian harus ingat bahwa al-haq itu adalah tetap al haq
walaupun kalian menyebutnya kesesatan, dan syirik itu tetap syirik walaupun
kalian mempolesnya dengan polesan yang menipu. Allah ta’ala tidak akan tertipu
oleh kalian, dan orang-orang yang memahami laa ilaaha illallah juga tidak akan
tertipu oleh kalian, yang kalian tipu itu hanya diri kalian dan orang-orang
seperti kalian. “Du’at di atas pintu-pintu jahanam, barangsiapa memenuhi ajakan
mereka maka mereka menceburkanya ke dalamnya”[3] dan lagi “tidak mengurangi
sedikitpun dari dosa-dosa mereka,”[4] kalian menjual ayat-ayat Allah ta’ala
kepada para thaghut dan para penganut agama demokrasi, semua itu kalian lakukan
atas nama Allah ta’ala, kitab-Nya dan Rasul-Nya, kalian sama dengan ulama
Yahudi yang Allah firmankan:
إِنَّ الَّذِينَ يَشْتَرُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ وَأَيْمَانِهِمْ ثَمَنًا
قَلِيلا أُولَئِكَ لا خَلاقَ لَهُمْ
فِي الآخِرَةِ وَلا يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ
وَلا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلا
يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (٧٧)
وَإِنَّ مِنْهُمْ لَفَرِيقًا يَلْوُونَ أَلْسِنَتَهُمْ بِالْكِتَابِ لِتَحْسَبُوهُ مِنَ الْكِتَابِ وَمَا
هُوَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَقُولُونَ
هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ
وَمَا هُوَ مِنْ عِنْدِ
اللَّهِ وَيَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ
وَهُمْ يَعْلَمُونَ (٧٨)
“Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji(nya dengan) Allah
dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat
bahagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka
dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat dan tidak (pula) akan
mensucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih. Sesungguhnya diantara mereka
ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al Kitab, supaya kamu
menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al Kitab, padahal ia bukan dari Al
Kitab dan mereka mengatakan: “Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah”,
padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah sedang
mereka mengetahui” (QS. Ali-Imran: 77-78).
Bandingkan posisi kalian di parlemen atau jabatan-jabatan
sistem hukum thaghut atau partai-partai yang berdemokrasi itu dengan
dalil-dalil berikut:
Allah ta’aala berfirman tentang Millah Ibrahim yang merupak inti ajaran para
nabi dan para rasul:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ
حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ
مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ
إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا
تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ
كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا
وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا
بِاللَّهِ وَحْدَهُ
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada
Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya; ketika mereka berkata kepada kaum:
“Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kalian dan daripada apa yang kalian
sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran) kalian dan telah nyata antara
kami dan kalian permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu
beriman kepada Allah saja” (QS. Al-Mumtahanah: 4)
Sedangkan kalian malah bergandeng tangan dengan kaum
musyrikin demokrat, mengikuti syirik agama demokrasi mereka, melegalkan masuk
agama mereka dan menampakan persaudaraan dan hubungan mesra dengan mereka, maka
apakah ini adalah millatul anbiya ataukah millatul aghbiya (millah orang-orang
dungu) seperti kalian?
Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang
siapa mengucapkan laa ilaaha illallaah dan dia kafir terhadap segala yang ia
ibadati selain Allah maka terjagalah darah dan hartanya, sedang perhitungannya
atas Allah ta’ala” (HR Muslim). Sedangkan kalian malah melegalkan peribadatan
kepada selain Allah yaitu penyandaraan wewenang pembuatan hukum kapada selain
Allah ta’ala atau ajaran demokrasi
Waraqah ibnu Naufal berkata kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam diawal-awal beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam menerima wahyu “Tidak
seorangpun datang dengan seperti apa yang kamu bawa melainkan ia dimusuhi”
(Riwayat Al Bukhari) Sedangkan kalian malah sebaliknya, karena yang kalian bawa
bukan ajaran Allah ta’ala melainkan ajaran Iblis maka kalian mendapat uluran
balik kecintaan dari mereka karena kesamaan tuhan yang kalian dan mereka sembah
yaitu Pancasila, Nasionalisme, dan Demokrasi serta UUD:
وَقَالَ
إِنَّمَا اتَّخَذْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ
أَوْثَانًا مَوَدَّةَ بَيْنِكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
ثُمَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُ
بَعْضُكُمْ بِبَعْضٍ وَيَلْعَنُ بَعْضُكُمْ بَعْضًا وَمَأْوَاكُمُ النَّارُ
وَمَا لَكُمْ مِنْ نَاصِرِينَ
(٢٥)
“Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah
adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kamu dalam kehidupan
dunia ini, kemudian di hari kiamat sebahagian kamu mengingkari sebahagian (yang
lain) dan sebahagian kamu melaknati sebahagian (yang lain); dan tempat
kembalimu ialah neraka, dan sekali- kali tak ada bagimu para penolongpun. (QS.
Al Ankabut: 25)
Itu namanya persaudaraan dan kasih sayang atas dasar
paghanisme, berbeda dengan kasih sayang kaum mu’minin yang dibangun di atas
iman (tauhid) dan amal shalih.
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمَنُ وُدًّا
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh,
kelak Allah yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih
sayang.” (QS. Maryam: 96)
Itu namanya persaudaraan dan kasih sayang atas dasar
paghanisme… Berbeda dengan kasih sayang kaum mu’minin yang dibangun di atas
iman (tauhid) dan amal shalih: “Ulama baik salaf maupun khalaf dari kalangan
sahabat tabi’in, para imam, dan seluruh ahlus sunah telah ijma (sepakat) bahwa
orang tidak menjadi muslim kecuali dengan mengosongkan diri dari syirik akbar,
berlepas diri darinya dan dari para pelakunya, membenci mereka dan memusuhi
mereka sesuai kadar kekuatan dan kemampuan, serta memurnikan amalan seluruhnya
kepada Allah” (Ad Durar As- Saniyyah, 11: 545).
Di mana posisi kalian dari syirik demokrasi ini…? Janganlah
ilmu yang kalian miliki membuat kalian angkuh sehingga menolak al haq dan
tauhid, janganlah ilmu dan gelar yang kalian sandang menjadi sumber penyesatan
banyak manusia, kalian tidak sehebat Bul’am Ibnu Ba’ura yang diberi keluasan
ilmu, karamah dan doa mustajab, namun kecenderungannya kepada dunia telah
menghantarkan dia kepada kemurtaddan, di mana ilmu menjadi bumerang bila tidak
disertai hidayah.
فَلَمَّا
جَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَرِحُوا بِمَا عِنْدَهُمْ مِنَ
الْعِلْمِ وَحَاقَ بِهِمْ مَا
كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ
“Maka tatkala datang kepada mereka rasul-rasul (yang diutus
kepadanya) dengan membawa keterangan-keterangan, mereka merasa senang dengan
ilmu yang ada pada diri mereka” (QS. Ghafir 83)
Jadi kenapa heran terhadap kaum musyrikin dahulu saat
melegalkan dan menganggap baik kemusyrikan mereka, justru yang perlu diherankan
adalah diri kalian sendiri kenapa melegalkan masuk syirik demokrasi dan
parlemennya, padahal kalian paham bahasa arab, Al-Qur’an dan As-sunnah ada di
rumah kalian dan bahkan kitab-kitab berjilid-jilid di perpustakaan yang mana kalian
membaca firman-Nya ta’ala:
إِنِ الْحُكْمُ إِلا لِلَّهِ
“Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah” (QS. Al An’am 57)
وَلا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ
“Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka” (QS. Al
Maidah: 49)
أَفَحُكْمَ
الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ
“Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki” (QS.
Al-Maidah: 50)
وَلا تَأْكُلُوا مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ
اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَإِنَّهُ
لَفِسْقٌ وَإِنَّ الشَّيَاطِينَ لَيُوحُونَ
إِلَى أَوْلِيَائِهِمْ لِيُجَادِلُوكُمْ وَإِنْ أَطَعْتُمُوهُمْ إِنَّكُمْ
لَمُشْرِكُونَ
“Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak
disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam
itu adalah suatu kefasikan. Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada
kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka,
Sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik.” (QS. Al An’am:
121)
وَلَنْ
تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلا
النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ
قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ
هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ
مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ
اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلا
نَصِيرٍ
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada
kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk
Allah Itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti
kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi
menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 120)
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلا
مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ
وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ
لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak
(pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan
suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan
mereka” (QS. Al-Ahzab: 36)
Surat dan ayat-ayat muhkamat lainnya yang tidak samar di
mata dan telinga kalian:
فَإِنَّهَا
لا تَعْمَى الأبْصَارُ وَلَكِنْ
تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ
“Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi
yang buta ialah hati yang di dalam dada”
(QS. Al Hajj: 46)
مَثَلُ
الَّذِينَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا
كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ
الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَاللَّهُ لا
يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
“Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat,
Kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa
kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan
ayat-ayat Allah itu. dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.”
(QS. Al Jumu’ah: 5)
وَاتْلُ
عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْنَاهُ
آيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ
فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ (١٧٥)
وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا
وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الأرْضِ وَاتَّبَعَ
هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ
“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami
berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian
dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan
(sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan
kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan
ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya
yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing….” (QS. Al A’raf: 175-176)
Begitulah syubhat pemahaman bila dicampur syahwat dunia
adalah merubah penilaian yang munkar menjadi ma’ruf dan yang ma’ruf menjadi
munkar, Syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah berkata kepada seorang
yang dianggap sebagai seorang ulama sekaligus sebagai qadli di Mahkamah
Syar’iyah di kota Riyadl dahulu yang membenarkan syirik kuburan yang dilakukan
‘ubbadul qubur: ”Tapi kamu ini orang yang bodoh lagi musyrik” (Tarikh Nejed,
surat kepada Sulaiman Ibnu Suhaim). Dan kami katakan kepada ulama kaum
musyrikin yang melegalkan syirik aturan (demokrasi UUD dan yang lainnya) yang
dilakukan Ubbadul Qushur wal Dustur masa sekarang: “Kalian adalah orang-orang
bodoh lagi musyrik yang menyesatkan umat”
تَشَابَهَتْ
قُلُوبُهُمْ
“Hati mereka serupa” (QS. Al Baqarah: 118)
أَتَوَاصَوْا
بِهِ بَلْ هُمْ قَوْمٌ
طَاغُونَ
“Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan
itu. Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas.” (QS. Adz Dzaariyaat:
53)
Kita beranjak kepada macam lain dari para du’at. Allah
ta’ala berfirman:
وَلا تَكُنْ لِلْخَائِنِينَ خَصِيمًا
“Dan janganlah kamu menjadi pembela bagi orang-orang yang
khianat” (QS. An Nisaa: 105)
وَلا تُجَادِلْ عَنِ الَّذِينَ يَخْتَانُونَ
أَنْفُسَهُمْ إِنَّ اللَّهَ لا
يُحِبُّ مَنْ كَانَ خَوَّانًا
أَثِيمًا
“Dan janganlah kamu berdebat (untuk membela) orang-orang
yang mengkhianati dirinya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
selalu berkhianat lagi bergelimang dosa”
(QS. An Nisaa: 107)
هَا أَنْتُمْ هَؤُلاءِ جَادَلْتُمْ عَنْهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
فَمَنْ يُجَادِلُ اللَّهَ عَنْهُمْ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ أَمْ مَنْ يَكُونُ
عَلَيْهِمْ وَكِيلا
“Beginilah kamu, kamu sekalian adalah orang-orang yang
berdebat untuk (membela) mereka dalam kehidupan dunia ini. Maka siapakah yang
akan mendebat Allah untuk (membela) mereka pada hari kiamat? Atau siapakah yang
menjadi pelindung mereka (terhadap siksa Allah)” (QS. An-Nisaa 109)
Ayat-ayat ini dan yang beriringan denganya diturunkan
berhubungan dengan pencurian yang di lakukan Thu’mah dan dia menyembunyikanya
barang curian itu di rumah seorang Yahudi. Thu’mah tidak mengakui perbuatanya
itu dan dia malah menuduh bahwa yang mencuri adalah orang Yahudi tersebut. Hal
ini di ajukan kerabat-kerabat Thu’mah kepada Nabi shalallahu ‘alahi wa sallam
dan mereka meminta beliau agar membela Thu’mah dan menghukum si Yahudi, padahal
mereka tahu bahwa yang mencuri itu adalah Thu’mah, Nabi shallallaahu ‘alaihi
wasallam sendiri hampir-hampir membenarkan tuduhan mereka terhadap si Yahudi
dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam diperintahkan untuk meminta ampunan:
وَاسْتَغْفِرِ
اللَّهَ
“…dan memohonlah ampun kepada Allah” (QS. An Nisaa: 106)
Kejahatan mereka adalah menuduh orang lain mencuri padahal
mengetahui siapa pencuri sebenarnya, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam ditegur Allah ta’ala dengan teguran yang keras karena sikapnya yang
hampir membela mereka itu.
Kita melihat realita, kejahatan para thaghut pemerintah ini
dan pengkhianatan mereka kepada Allah ta’ala dan Rasul-Nya dan kaum muslimin:
mereka mencampakkan hukum Allah ta’ala
menjunjung tinggi kekafiran dan kemusyrikan (pancasila, UUD45, dan
undang-undang turunannya) menyebarkannya melindunginya dan melegalkan segala
kemungkaraan, menindas kaum muslimin dan merusak agama dan moral mereka,
menjarah kekayaan mereka dengan hukum kafirnya, mematikan Tauhid dan
menghalangi penyebarannya serta mempersempit gerak para du’atnya sampai
memenjarakan dan membunuhnya, serta segudang kejahatan dan sikap khianat mereka
yang tidak samar terhadap siapapun apalagi terhadap para du’at. Semua itu
menjadikan para thaghut itu pada deretan Aimmatul Kufri wa Ulil Kahmri yang
haram ditaati:
فَلا تُطِعِ الْكَافِرِينَ
“Maka janganlah kamu mentaati orang-orang kafir” (QS. Al
Furqan: 52)
وَلا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَالْمُنَافِقِينَ
“Dan janganlah kamu
menuruti orang-orang yang kafir dan orang- orang munafik itu” (QS. Al Ahzab:
48)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تُطِيعُوا
الَّذِينَ كَفَرُوا يَرُدُّوكُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ فَتَنْقَلِبُوا
خَاسِرِينَ
”Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mentaati
orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang
(kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi.” (Ali Imran 149)
Yang berlaku terhadapnya juga adalah firman Allah ta’ala:
فَقَاتِلُوا
أَئِمَّةَ الْكُفْرِ
“Maka perangilah para pemimpin kekafiran itu” (QS. At Taubah: 12)
Serta hukum-hukumnya yang lainnya.
Namun
munculnya kalangan dari kawanan kelelawar malam yang tidak bisa melihat
terangnya dalil dan realita dan hanya bisa melihat dalam kegelapan syubhat,
kawanan yang menyandarkan dirinya kepada Manhaj Salafiy sedang salaf berlepas
diri dari pemahaman mereka, pemahaman yang menjadikan aimmatul kufri sebagai
aimmatul muslimin dan menjadikan Ulil Khamri sebagai Ulil Amri, di mana sekuat
tenaga dan dengan penuh ketulusan membela para thaghut murtad itu tanpa
bayaran, pembelaan yang melebihi pembelaan para anshar thaghut dari kalangan
tentara dan polisi, mereka utarakan hadist-hadist berikut takhrijnya dan ucapan
assalaf ash shalih perihal para pemimpin Islam kemudian mereka terapkan kepada
para thaghut pengkhiatan yang siang malam memerangi Allah ta’ala dan
ajaran-Nya. Mereka sematkan tuduhan Khawarij Mariqah kepada para Muwahhidin
yang membangkang kepada ulil khamri mereka dan tidak mustahil bila mereka di
tanya: Mana yang lebih baik, apa pemerintah ini ataukah kelompok yang berlepas
diri darinya, mengkafirkanya, memusuhinya dan membangkang terhadapnya? Tidak
mustahil mereka menjawab bahwa pemerintah ini lebih baik daripada mereka karena
pemerintah sekedar dhalim dan maksiat sedang mereka adalah Khawarij yang
bid’ah, sedangkan bid’ah adalah lebih buruk dari maksiat, sama dengan jawaban
Ka’ab Ibnu Asyraf Al Yahudi saat ditanya kafir Quraisy, apakah Muhammad
(shallallahu ‘alaihi wa sallam) ataukah mereka yang lebih baik?? Dia Subhanahu
Wa Ta’ala berfirman tentang jawaban orang itu:
أَلَمْ
تَرَ إِلَى الَّذِينَ أُوتُوا
نَصِيبًا مِنَ الْكِتَابِ يُؤْمِنُونَ
بِالْجِبْتِ وَالطَّاغُوتِ وَيَقُولُونَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا هَؤُلاءِ أَهْدَى مِنَ الَّذِينَ
آمَنُوا سَبِيلا
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi
bahagian dari Al Kitab? Mereka percaya kepada Jibt dan Thaghut, dan mengatakan
kepada orang-orang Kafir, bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari
orang-orang yang beriman.” (QS. An Nisaa: 51).
Tidaklah aneh bila seperti itu, karena para pengklaim salafi
itu menjadikan kekafiran akbar yang dianut para Thaghut dan ansharnya hanya
sekedar kufur ashghar atau kufrun duna kufrin yang tidak mengeluarkan dari
Islam dan tidak menghalalkan di neraka seraya mereka berdusta terhadap Ibnu
‘Abbas radhiyallahu ‘anhum dengan menempatkan ucapanya bukan pada tempatnya,
seolah kekafiran para thaghut itu dari satu pintu saja sehingga bisa dibela
dengan cara dusta terhadap Ibnu ‘Abbas, sikap mereka ini serupa dengan kaum
Yahudi yang mengklaim bahwa penyembahaan anak sapi itu kufrun duna kufrin yang
tidak mengekalkan di neraka:
وَقَالُوا
لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ إِلا أَيَّامًا مَعْدُودَةً
“Dan mereka berkata: “Kami sekali-kali tidak akan disentuh
oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja.” (QS. Al Baqarah: 80)
Mereka mengatakan: kami tidak akan masuk neraka kecuali
empat puluh hari lama peribadatan kami kepada anak sapi.
Kadang sebagian mereka mengakui bahwa yang dilakukan para
Thaghut itu kufur akbar dan syirik akbar, namun mereka melarang mengkafirkan
orang-orangnya dengan berbagai dalih yang rapuh yang dibisikan syaitan kepada
mereka dengan tujuan tidak merubah para thaghut itu dari statusnya sebagai ulil
amri mereka, kadang beralasan: mereka jahil atau belum tegak hujjah, atau masih
shalat atau mengucapkan syahadat atau takfir mu’ayyan hak ulama (yaitu ulama
salafi karena selain mereka tidak dianggap ulama) dan syubhat-syubhat lain yang
selalu datang bermunculan dengan wajah lain, yang intinya mendebat para
muwahidin demi membela para thaghut durjana, menghalangi manusai dari jihad di
jalan Allah ta’ala melawan para thaghut murtad dan untuk membenarkan sikap
qu’ud mereka, Syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah berkata tentang
orang-orang semacam mereka: “Maka barangsiapa mendebat untuk membela atau
mengingkari terhadap orang-orang yang mengkafirkan mereka atau mengatakan bahwa
perbuatan mereka ini memang bathil namun tidak mengeluarkan mereka kepada
kekafiran, maka status orang yang mendebat untuk membela (para thaghut) ini
adalah dia itu fasiq yang tidak di terima tulisanya dan kesaksianya…” (Ad Durar
As-Saniyyah, 10: 53). Dan kefasiqan inilah yang banyak menghantarkan sebagian
dari mereka kepada kekafiran dan kemurtaddan di kemudian hari yaitu tawalliy
kepada para thaghut itu berupa penganggapan mereka sebagian ulil amri yang
wajib ditaati atau mengikuti dalam kekafiran mereka (seperti masuk ke dalam
parlemen atau ikut nyoblos dalam pemilu demokrasi padahal mereka paham hakikat
demokrasi dan bahkan mengetahui hukumnya, ataukah dengan membantu mereka dalam
memberantas muwahhidin walau dengan lisan. Allah ta’ala berfirman:
وَلَوْ
كَانُوا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالنَّبِيِّ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ
مَا اتَّخَذُوهُمْ أَوْلِيَاءَ وَلَكِنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
“Sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi (Musa)
dan kepada apa yang diturunkan kepadanya (Nabi), niscaya mereka tidak akan
mengambil orang-orang musyrikin itu menjadi auliya, tapi kebanyakan dari mereka
adalah orang-orang yang fasik” (QS. Al Maidah: 81).
Auliya adalah jamak wali yaitu pemimpin, penolong, pelindung
atau sahabat karib, jadi karena kondisi kefasiqan mereka itulah yang
menghantarkan mereka kepada sikaf tawalliy kepada orang-orang kafir, sehingga
menyebabkan mereka murtad
Sadarlah kalian wahai salafi maz’um, jangan ikuti ulama
pemerintah yang mengakaburkan al haq lagi loyal kepada pemerintah thaghut
saudi, dan ikuti ulama shalihin yang memusuhi pemerintah-pemerintah kafir dan
mereka dimusuhi pemerintah karena sebab Tauhid al haqq, carilah mereka !!!.
Matahari akan kembali bersinar walau untuk sementara ditutupi
awan hitam yang tebal, sampai kapan…??? Sampai waktu yang Allah ta’ala
kehendaki tentunya.
(Abu Sulaiman Aman Abdurrahman)
6 Jumada ‘Ula 1429 H Mahza’ Mudhlim CIREBON
Tidak ada komentar:
Posting Komentar